Naik bus? Siapa takut!

Pertama kali saya naik transportasi umum seorang diri adalah saat kelas 3 SD. Jaman SD saya memang masih manis-manis manja, belum berani naik sepeda sendiri ke sekolah. Jadilah diantar jemput setiap hari. Hingga pada suatu ketika, ibu saya, yang pada saat itu berperan sebagai ojek pribadi, bilang pada saya kalau hari ini tidak bisa menjemput. Seperti biasa, saya pun disarankan untuk ikut ke rumah teman terlebih dahulu, baru sore harinya dijemput Ayah.

Tapi begitu jam terakhir, tiba-tiba saya merasa ingin pulang. Ingin segera menonton acara tv kesayangan, lalu tidur siang. Dan satu-satunya solusi yang ada dalam kepala saya waktu itu adalah bus umum. Ya, saya harus naik bus agar bisa pulang. Berbekal dua keping uang lima ratus perak sisa uang jajan, saya meminta teman-teman untuk menghentikan sebuah bus yang melaju ke arah rumah saya. Kebetulan sekolah saya dekat dengan jalan raya. Tidak tanggung-tanggung, karena memang masih anak-anak, hampir separuh kelas membantu saya menghadang bus. Setiap ada bus lewat, kami melambaikan tangan, berteriak minta berhenti, lalu kami kecewa karena ia tetap melaju, belakangan saya tahu kalau itu namanya bus patas. Dua kali diabaikan, akhirnya ada sebuah minibus yang mau berhenti. Jantung saya berdebar. Takut campur grogi.

Namun begitu bapak kenek turun, grogi saya hilang, beliau tersenyum sambil bertanya, “Siapa aja yang mau naik?”, spontan seluruh tangan menunjuk saya. Saya sendiri hanya nyengir sambil memainkan ujung kerudung. Tanpa buang waktu, saya diangkat masuk ke dalam bus. Saya dulu masih kecil, jadi ringan kalau mau diangkat-angkat. Di dalam, bus saya tidak mau duduk karena jarak rumah memang dekat, berdiri sebentar pasti langsung turun. Setelah sampai di gang depan rumah, tak lupa saya membayar ongkos bus, lalu digendong turun bus oleh Pak kenek. Orangnya baik. Sejak saat itu, saya mulai berani naik bus sendiri sampai sekarang, meskipun harus sendirian dan belum pernah ke tempat tujuan. Bagi saya, perempuan itu harus berani dan mandiri.

Bicara soal bus, berikut ada beberapa tips agar aman saat bepergian menggunakan bus umum, terutama bagi kita kaum hawa;

·         Meski bingung, tetap pasang muka tenang
Saat di terminal ini penting, orang-orang yang berniat jahat rata-rata akan praktik pada orang-orang yang terlihat tidak pengalaman. Jadi usahakan tetap tenang. Meski baru pertama kali ke terminal tersebut, jangan pernah pasang wajah kebingungan dan takut. Kalau masih tidak tahu harus kemana, lebih baik berhenti. Duduk sebentar sambil mengamati dimana tempat naik-turunnya penumpang bus. Usahakan jangan tanya siapa-siapa dulu. Biasanya di setiap sudut terminal akan banyak tanda panah yang menunjukkan tempat-tempat tertentu. Jadi jangan khawatir tersesat.

·         Jangan tanya pada sembarang orang
Seandainya sudah mentok  tidak menemukan tempat yang dituju, maka mau tidak mau kita harus bertanya pada seseorang. Ingat, jangan bertanya pada sembarang orang, usahakan mencari petugas informasi atau bisa juga bagian keamanan. Umumnya mereka berseragam, sehingga mudah dibedakan. Kalau tidak menemukan, bisa juga bertanya pada penjaga toko atau warung. Di terminal pasti bejibun. Kalau saya pribadi caranya begini, awalnya saya akan membeli makanan atau minuman di warungnya. Setelah membayar, saya sekalian bertanya. Dalam hal ini ‘modus’ diperbolehkan saya rasa. Hehehe. Kalau begini kan setidaknya mereka menganggap kita sudah berjasa karena telah membeli dagangannya. Dan berdasarkan pengalaman, kebanyakan mereka akan lebih tulus saat menjelaskan.   

·         Pilih tempat duduk yang strategis
Kalau sudah berada di dalam bus. Hal pertama yang akan kita lakukan tentu saja mencari tempat duduk. Usahakan mencari yang strategis, kalau saya biasanya cari yang sebelahnya perempuan juga. Ibuk-ibuk bisa, atau kalau tidak ada, di samping bapak-bapak yang sudah sepuh juga boleh, supaya dikira anaknya.

·         Pastikan barang-barang aman
Fardlu ain ini ma, setelah duduk raba-raba dulu dompet, hp, barang-barang penting lainnya. Kalau bisa juga siapkan uang untuk membayar karcis agar nanti tidak perlu buka-buka dompet lagi. Oh iya, kalau ada perhiasan-perhiasan juga sebaiknya jangan diperlihatkan.  

·         Ajak ngobrol teman duduk
Ini menarik menurut saya. Saya seringkali mendapat berkah saat tidak sengaja mengobrol dengan kawan baru di bus. Selain perjalanan jadi terasa tidak membosankan, saya juga sering dapat ilmu baru. Bahkan, pernah suatu ketika saya dibayari tempat duduk setelah bercerita seputar tes masuk perguruan tinggi pada seorang bapak yang anaknya mau lulus SMA, padahal saat itu kota tujuan saya lebih jauh dari beliau. Mungkin beliau merasa tercerahkan waktu itu. Pernah juga, saya bertukar nomor dengan salah seorang petinggi PLN di luar jawa, yang andaikan nomor saya waktu itu masih ada, beliau pasti masih sering mengirim info saat ada lowongan kerja di kantornya, yang saat saya cek di situs resmi PLN ternyata benar.
Tapi itu semua, tentu saja tanpa meninggalkan unsur kewaspadaan lho ya.

·         Waspada dan jangan melamun
Ini pasti lah ya. Kejahatan sekarang kan semakin canggih. Pikiran kosong bentar aja barang-barang bisa ludes gara-gara kegendam.

·         Bilang saja, “Sudah dijemput”
Pernah kan ya begitu turun dari bus, Wiih, serasa jadi artis yang dikejar-kejar wartawan tanya kabar. Bedanya yang ini ditanya abang-abang tukang ojek atau angkot, ditanya mau kemana. Kalau memang tujuan kita tidak pakai jasa mereka, sedangkan si abang terus-terusan maksa, bilang saja “sudah dijemput”. Dijamin manjur dan bubar dengan sendirinya.

Sekian. Semoga bermanfaat. J



#OneDayOnePost  # HarikeLimaBelas  #SemangatIstiqomahManfaat

Komentar

  1. Jadi kangen pulkam naik bus

    *dah lama ga naik bus !!

    BalasHapus
  2. Seperti pengalaman sekali ya dek bela ini... wkwkwk

    BalasHapus
  3. Berani banget mbak kelas 3 SD udah naik bus :D

    BalasHapus
  4. Aku malah belum pernah naik angkutan umum sendirian :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kado pernikahan (2)

Kunjugan Kartini

Bulan Ketiga Belas (2)