Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Pesan Bapak buat Abi

“Le, lek kowe mondok sesuk, pesene Bapak mek siji. Pokok’e enakno manganmu, enakno turumu! Wis kui ae”, (Nak, kalau kamu belajar di pesantren besok, pesen Bapak Cuma satu. Pokoknya makanlah seenak mungkin dan tidurlah senyaman mungkin! Udah itu aja) Begitulah Abi menirukan kata-kata bapaknya sewaktu pamit mondok dulu. Meski mengaku tidak begitu paham, tapi Abi mengiyakan saja. Sambil bergumam, “Tumben aku disuruh makan yang enak-enak. Ah, mungkin Bapak ndak mau anaknya sakit-sakitan dan kurus kering gara-gara mondok. Masuk akal juga biar belajarku ndak terganggu”. Setelah bersalaman, Abi segera berjalan ke arah jalan raya. Menunggu bus jurusan Tuban lewat. Saat itu Abi berencana meneruskan belajar di salah satu pesantren besar di Kabupaten Tuban. Abi sendiri berkampung halaman di Lamongan. Sepanjang perjalanan, Abi teringat ucapan Bapak. Tidak seperti biasanya Bapak pesan se- enteng itu. Mengingat setiap hari Bapak selalu mendidik untuk disiplin, tirakat, kerja keras, dan b

Mengapa Aku Bergabung di One Day One Post!

Selain teguran dan nasehat orang tua. Ketika salah, saya lebih sering ‘kena’ melalui tulisan. Ketika kehilangan motivasi, saya lebih sering tergerak kembali setelah membaca kalimat-kalimat penyemangat. Begitu juga ketika tanpa sengaja tersakiti, saya lebih sering terobati saat bertemu dengan teks-teks penghibur, atau sesekali menuangkannya ke dalam sebait dua bait paragraf. Itulah beberapa jawaban saya atas pertanyaan ‘Mengapa Aku Bergabung di One Day One Post!’. Sewaktu mengalami semua itu saya sering berangan-angan. Bagaimana jadinya jika rasa bersalah serta keinginan memperbaiki diri yang saya rasakan saat membaca beberapa tulisan milik orang lain tersebut juga terjadi pada seseorang yang membaca tulisan saya. Bagaimana jadinya juga, apabila setiap pelajaran-pelajaran kecil yang saya peroleh dalam keseharian itu saya tulis, dan dapat mendorong satu-dua orang yang tanpa sengaja membacanya. Tentu saja saya akan sangat berbahagia. Bagaimana tidak, sebaik-baiknya manusia adalah