Beharap kepada Selain-Nya

Pada suatu kesempatan, Muhammad ibn Husein ibn Hamdan, salah seorang ulama besar, bertemu dengan seorang laki-laki bernama Said, tanpa sengaja mereka bertemu di masjid milik Yazid ibn Harun. Lalu terjadilah percakapan diantara keduanya. Kemudian sampailah mereka pada sebuah percakapan yang entah mengapa ingin sekali saya tulis di sini. (Agak panjang.. tapi jika membacanya sepenuh hati, insyaAllah ada yang bisa dipetik :”)

Kira-kira seperti ini,
“Siapa namamu?”

“Said”

“Apa yang sedang terjadi?”

Bekal saya telah habis, tuan. Saya sengaja ke sini, berharap Yazid ibn Harun akan memberi saya sesuatu

“Kalau begitu saya yakin dia tidak akan memenuhi keinginanmu dan meringankan bebanmu”

“Dari mana engkau mengetahuinya, dia orang baik”

“Saya pernah membaca sebuah kitab. Allah berfirman, “Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, demi kemurahan dan keluhuran-Ku di atas arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang berharap kepada selain-Ku. Aku timpakan padanya kekecewaan, Aku hinakan ia di mata manusia. Aku singkirkan dia dari dekat-Ku. Aku putuskan hubungannya dengan-Ku. Mengapa ia sampai berharap kepada selain-Ku untuk mengatasi sebuah masalah, padahal problema yang dia hadapi berada di tangan-Ku dan hanya Aku yang bisa menyelesaikannya. Mengapa ia sampai berharap kepada selain-Ku dan mengetuk pintu selain pintu-Ku, padahal semua pintu yang ia ketuk terkunci. Hanya pintu-Ku yang terbuka bagi setiap orang yang memohon kepada-Ku.

Siapakah yang pernah memohon kepada-Ku untuk sebuah masalah lalu Aku mengecewakannya? Siapakah yang pernah berharap kepada-Ku atas dosanya yang sangat besar lalu Aku putuskan harapannya? Siapakah yang pernah mengetuk pintu-Ku lalu aku tidak membukanya? Aku telah membuat sambungan langsung antara Aku dengan harapan semua makhluk-Ku, mengapa kamu bersandar kepada selain-Ku? Aku telah menyediakan semua hal yang dibutuhkan oleh hamba-hamba-Ku, tetapi mereka tidak puas dengan jaminan-Ku.

Aku telah memenuhi langit-Ku dengan makhluk-makhluk yang senantiasa bertasbih kepada-Ku. Mereka adalah malaikat-malaikat. Aku perintahkan para malaikat itu supaya tidak menutup pintu antara Aku dengan para hamba-Ku. Tetapi para hambaku itu tidak mempercayai-Ku. Apakah orang yang tertimpa bencana dari-Ku itu tidak tahu bahwa tidak ada yang bisa menyingkirkannya kecuali Aku. Mengapa Aku lihat ia berpaling dari-Ku katika berharap. Mengapa ia tertipu oleh selain Aku, padahal Aku telah memberinya segala sesuatu atas kemurahan-Ku tanpa ia memintanya. Kemudian ketika Aku mengambil darinya, dia juga tidak meminta-Ku untuk mengembalikannya. Malah meminta kepada yang lain.

Apakah Aku yang sudah terbukti mau memberi sebelum diminta ini, tidak mau memberi ketika diminta? Apakah Aku ini bakhil sehingga hamba-hamba-Ku pun menganggap-Ku bakhil? Tidakkah dunia dan akhirat ini semuanya milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu datang dari-Ku? Tidakkah lapang dada dan murah hati itu merupakan sifat-Ku? Tidakkah hanya Aku tempat meminta dan berharap? Siapa yang bisa memenuhi harapan selain Aku?

Duhai, apalagi yang diharapkan oleh orang-orang yang mengharap. Ingat! Andaikata Aku berkata kepada semua penduduk bumi: Mintalah kepadaku!, lalu masing-masing dari mereka Aku berikan yang dibutuhkannya, maka itu semua tidak mengurangi kekayaan-Ku sekecil debu pun. Bagaimana bisa berkurang, sedangkan kekayaan-Ku adalah kekayaan sempurna dan Aku pula yang mengawasinya. Celaka sekali orang yang putus dari rahmat-Ku. Celaka sekali orang yang mendurhakai-Ku dan tidak memperhatikan-Ku. Ia terus menerus melanggar larangan-Ku tanpa merasa malu.

Seketika jleb. Betapa seringkali saya atau mungkin kita ‘menyakiti’ Tuhan. Oh salah, bukan ‘menyakiti’Nya, tetapi hakikatnya sedang ‘menyakiti’ diri sendiri. Membuat-Nya murka dan memutus rahmat.

Memang benar, mungkin tidak pernah pergi ke gunung atau kuburan untuk memasang berbagai sesajen demi suatu hajat. Tapi kenyataannya, kita masih sering berharap selain kepada-Nya. Celakanya, justru kebanyakan melalui hal-hal kecil yang tidak kita sadari. 

*Dikutip dari Kitab Al-Hikam, karya Ibnu ‘Athaillah As-sakandari 

#OneDayOnePost #HariKetujuh #SemangatIstiqomahManfaat


Komentar

  1. Seperti merasakan flashback sekejap, dan seketika itu langsung "jleb.." hmm

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kado pernikahan (2)

Kunjugan Kartini

Bulan Ketiga Belas (2)