Jatuh Cinta itu Bonus, Jaga Hati itu Harus

“Naa, aku jatuh cinta, Naaa!”, ujar Arin setengah berteriak sambil mengguncang-ngguncang bahu 
Naila dari belakang. Spontan membuat motor yang mereka tumpangi oleng karena kewalahan.

“Ya Allah, Riiin! Kaget aku.. ada apa sih? hampir aja mau jatuh nih..”

“Ah kamu Naa.. Nanti pokoknya kamu harus dengerin ceritakuu. Titik”, tanpa peduli wajah sahabatnya yang masih merah biru, Arin memeluk Naila erat. Lalu tersenyum mengandaikan sesuatu.
Sore itu Arin dan Naila berencana mengadiri seminar di sebuah tempat yang belum pernah mereka datangi. Namun didorong keinginan bertemu dengan pembicaranya, mereka nekat pergi meski hanya berbekal arahan singkat teman satu kampusnya.

Beberapa kali bertanya kepada sopir angkot dan sempat sedikit nyasar, perlahan usaha mereka berbuah juga. Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, kini tinggal satu kali putar balik lalu belok kiri saja untuk sampai lokasi. Sudah sangat dekat memang, namun jalan di kota sebesar Surabaya bukan lintasan sepi yang bisa leluasa untuk maju mundur atau menyebrang. Dan karena kebetulan mereka salah mengambil arah, maka mau tidak mau harus menyeberang agar bisa putar balik.

Di sanalah ujian kembali menghadang, meski jalur satu arah, namun kendaraan-kendaraan yang melintas bergerak sangat cepat seolah tanpa ampun. Menyulitkan Naila mencari celah untuk menerobos.

Setelah beberapa saat menunggu, tiba-tiba muncul keajaiban ditengah kepasrahan dan duet doa mereka. Perlahan mobil-mobil dibelakang memperlambat laju. Saat Arin menengok ke belakang, rupanya ada seorang laki-laki bersepeda motor yang melambaikan tangan ke belakang, lalu memberi isyarat agar mereka berdua menyeberang. Tanpa membuang kesempatan, Naila pun memacu motornya. Selanjutnya, laki-laki itu pun mendahului keduanya dan kembali memberi isyarat, ia mengangkat ibu jarinya sambil mengangguk ke arah mereka. Sayang hanya Arin yang memergoki dan membalas dengan senyuman, Naila masih sibuk bermain rem dan gas. Saat itulah, di mata Arin, motor Naila mendadak bisa terbang ke awan. 
Arin sudah biasa jatuh cinta. Berkali-kali bahkan, dari cara paling romantis sampai dengan cara paling tidak logis sekalipun. Ia pernah mengaku suka pada seorang penjual bunga yang -menurutnya- melayani dirinya dengan tingkat keramahan di atas rata-rata dari pelanggan pada umumnya. Pernah juga, Arin hampir tidak bisa tidur semalaman gara-gara chat nya dengan ketua BEM di fakultasnya berbalas “Selamat ya, sukses selalu!”. Padahal, pesan tersebut juga diterima oleh dua teman satu timnya selepas dinobatkan menjadi juara dua lomba desain poster universitas.

Hanya saja ia beruntung, jatuh cintanya tidak sampai mengantarkan pada hal-hal yang menjadi mimpi buruk banyak orang. Arin memang berusaha menjaga diri sebaik-baiknya. Seperti pesan Ibunya, bahwa jodohnya kelak tidak akan suka menggoda wanita, kalau Arin juga tidak mudah menanggapi perhatian dari lawan jenisnya.  

Sebenarnya Arin tidak sendiri, ia hanyalah satu dari interpretasi banyak teman-temannya. Gadis-gadis. Yang kebanyakan -artinya tidak semua- terlalu buru-buru tersanjung dan begitu mudah jatuh hati.    


#OneDayOnePost  #HariKeDuaSatu  #SemangatIstiqomahManfaat   

Komentar

  1. Jatuh cinta ternyata bisa dengan cara paling romantis sampai cara paling tidak logis... :D
    saya suka saya suka...

    BalasHapus
  2. baru tahu macam macam jatuh cinta, romantis, logis, bahkan tak logis

    BalasHapus
  3. baru tahu macam macam jatuh cinta, romantis, logis, bahkan tak logis

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kado pernikahan (2)

Kunjugan Kartini

Bulan Ketiga Belas (2)