Guru Khidir dan Muridnya Musa
Barangkali kisah ini sudah cukup
popular di kalangan muslim. Namun, ternyata ada beberapa makna indah yang
tersirat di dalamnya. Pelajaran apa saja kira-kira? Selamat membaca J
Sebelumnya, Kita review ceritanya terlebih dahulu ya, ^^
Alkisah, suatu ketika Nabi Musa dikehendaki
Allah untuk belajar kepada seorang guru bernama Nabi Khidir. Seorang hamba
pilihan yang berilmu tinggi nan shalih. Singkat cerita, akhirnya bertemulah
beliau dengan Nabi Khidir, dan meminta agar menerimanya menjadi murid. Awalnya
Nabi Khidir menolak, namun berkat kegigihan Nabi Musa akhirnya mereka
bersepakat, tapi dengan satu syarat. “Engkau boleh menjadi muridku dan
mengikutiku, asal jangan bertanya tentang apa yang akan aku lakukan sampai aku
menjelaskannya sediri kepadamu”, demikianlah titah sang guru. Tak ingin
membuang kesempatan, Nabi Musa pun menyetujuinya.
Setelah itu, keduanya mulai
mengembara dari satu daerah ke daerah lain. Namun ketika usai menumpangi sebuah
perahu, maka tiba-tiba dilubangilah perahu tersebut oleh Nabi Khidir. Sehingga
membuat Nabi Musa terheran-heran dan seketika bertanya, namun tidak dijawab
oleh gurunya. Menyadari telah melanggar janji, Nabi Musa meminta maaf.
Perjalanan dilanjutkan, namun Nabi Musa kembali melanggar janji setelah melihat
Nabi Khidir membunuh bocah yang sedang riang bermain bersama temannya.
Mendengarnya, Nabi Khidir pun mengingatkan kesepakatan mereka, dan memberi satu
kali lagi kesempatan yang jika dilanggar maka Nabi musa tidak diperkenankan lagi
untuk mengikutinya. Menyesali perbuatannya, Nabi Musa meminta maaf sekali lagi.
Selanjutnya mereka meneruskan perjalanan hingga sampailah pada sebuah
perkampungan yang penduduknya sangat tidak bersahabat dan menolak kedatangan
mereka. Namun ditengah kekesalan Nabi Musa terhadap penduduk kampung tersebut, gurunya
malah memerintahkan untuk memperbaiki salah satu tembok rumah penduduk yang
rusak. Nabi Musa pun tidak bisa menahan untuk tidak bertanya alasan dibalik
sikap gurunya itu. Lagi-lagi Nabi Musa melanggar janjinya, sehingga Nabi Khidir
menegaskan bahwa kesepakatan mereka telah selesai saat itu juga.
Sebelum berpisah, Nabi Khidir
menjelaskan rahasia dibalik perbuatannya itu. Bahwa perahu yang dilubanginya
adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut yang jika dibiarkan maka
sebentar lagi ada Raja yang akan merampasnya. Lalu tentang anak kecil yang
dibunuhnya itu memiliki orang tua mukmin, sedang keburukan sudah terlihat
padanya. Maka dengan demikian akan mencegah bocah tersebut menjadi pendorong
kesesatan dan kekafiran orang tuanya, dan semoga diganti Allah dengan anak yang
lebih baik. Sedangkan rumah yang rusak tersebut adalah milik anak yatim,
padahal dibawahnya tersimpan harta dari ayahnya yang shalih. Maka agar harta
tersebut dapat terjaga hingga ia dewasa, rumah tersebut harus tetap berdiri
kokoh.
Nah, sekarang bisa kita ambil tiga pelajaran penting nih
teman-teman, disimak ya ^^:
·
Jangan Ingin Tampak Sempurna (Melubangi perahu)
Semua paham jika kesempurnaan hanya milik Allah. Namun, seringkali kita
malah sibuk menutup-nutupi kekurangan agar nampak taka da cacat di mata manusia.
Padahal saat seseorang menganggap kita baik lalu memuji, maka sebenarnya bukan
kabar gembira yang sedang kita dengar. Melainkan bibit-bibit penyakit hati yang
akan berujung pada bangga kepada diri sendiri, jumawa, hingga terkikisnya rasa
kehambaan. Naudzubillah. Ada kalimat
menarik dari sebuah buku yang pernah saya baca, “Lebih utama menghindari
kebaikan seseorang daripada menghindari keburukannya”. Kebaikan disini bisa
bermakna sikap baik seseorang kepada kita, pujian-pujian manis, perhatian,
penghormatan, dan sebagainya. Yang mungkin justru menjadikan kita merasa
menjadi seseorang memang yang layak dihargai dan dimuliakan. Waduh.
·
Lenyapkan Potensi Negatif Selagi Masih Kecil (Membunuh
anak kecil)
Poin kedua bukan berarti kita harus membunuh semua anak-anak yang
dianggap nakal lho ya. Maksudnya
disini saat kita melihat segala sesuatu yang berpotensi pada ketidakbaikan,
meskipun dampaknya belum begitu terlihat, maka sebaiknya tetap segera
dihilangkan. Misalnya nih, kita sedang padat aktivitas, begitu mau istirahat
baru ingat belum sembahyang. Dalam hati perang dingin deh, galau mau tidur
sebentar apa sholat dulu. Nah, potensi negatif ini, harus ditolak. Kalau misal
dituruti jangan-jangan besok lagi kalau capek banget malah nggak sholat. Kan
bahaya.
·
Fasilitasi Kebaikan Meski Tidak Secara Langsung Merasakan Manfaatnya (Membangun tembok)
Selama itu tidak masuk dalam ranah haram, perbaiki saja segala sesuatu yang
terlihat kurang. Ketika sekitar rumah terlihat gersang lalu kita menanam pohon,
sangat mungkin bukan kita yang akan menikmati, melainkan anak cucu nantinya. Namun
meski demikian, kebahagiaan yang didapat tetap tidak berbeda kan? Lebih malah. Lagipula,
kita tidak pernah tahu perbuatan mana yang nantinya akan mengantarkan kepada
keridloanNya. Seseorang yang hanya bertugas memasang mikrofon, bisa jadi jauh
lebih berdakwah daripada si penceramah yang berbicara sampai mulut berbusa. Wallahua’lam.
Dikutip
pada saat kunjungan gurunda Salim A. Fillah di Surabaya ^^
#OneDayOnePost #SemangatIstiqomahManfaat
Makasih sharingnya mbak nabeela.. inspiratif sekali..😊
BalasHapuskisah yg bagus
BalasHapusIlmu baruu....
BalasHapusDapat ilmu baru lagi
BalasHapus