Narsis Phenomenon
Seolah-olah lumrah. Semasa SMA kemana-mana
bersama. Begitu berpisah, menyapa saja susah. Seakan-akan wajar, saat semester
A siang-malam bercengkrama. Lalu beberapa bulan kemudian seperti tak mengenal. Berpapasan
saja malas. Meski tidak selalu berakhir kebencian, namun sesuatu yang menjadi
berjarak, sedikit banyak akan terasa menyakitkan bukan?
Alasannya aneka rupa, secuil salah
paham, kesibukan, tak ada lagi kecocokan, hingga berujung menyerah dan
mengikuti arah air saja.
Hingga beberapa saat kemudian,
takdir mempertemukan dengan beberapa orang lainnya. Yang lebih asyik, lebih
mengerti, lebih gila dan tentu saja lebih klop. Kalau sudah begini, biasanya
rawan muncul sindrom lupa daratan. Di tengah hati yang memang sedang
berbunga-bunga, kadang tanpa sadar jari-jari jahil memposting puluhan foto gokil
atau hastag bersama karib sejati. Macam-macamlah perkaranya, ungkapan syukur
telah dipertemukan, merasa beruntung, pun sekadar membesarkan hati sahabat
tercinta. Sebagian besar tulus tanpa tujuan khusus, murni tanpa ingin memanasi.
Hanya spontanitas berbagi kebahagiaan. Ringkasnya, iseng saja.
Tidak salah memang, tidak akan ada
yang melarang. Sebagai sahabat memang sudah seharusnya saling menghargai dan
bangga satu sama lain kan? Namun benarkah sesederhana itu?
Sebentar,terkadang kita hanya tidak
menyadari. Bisa jadi, dari pose yang kita buat sebahagia mungkin itu, nantinya
akan menyulut iri dari satu dua hati yang merasa tersisihkan. Tercampakkan.
Terlupakan.
Tak selalu dibenarkan memang peduli
apa kata orang, toh ia hanya iri tidak bisa mendapatkan teman sebaik sahabat
kita. Kasihan sekali, salah sendiri sikapnya bla-bla-bla. Tapi bukankah salah satu rumus simpel hidup ini mudah
saja : ‘Berlakulah seperti engkau ingin diperlakukan’, teramat adil bukan?
Jadi jangan sampai gara-gara narsis
kita kehilangan banyak peluang. Tidak sedikit teman lama yang batal chat
gara-gara merasa posisinya sekarang sudah ada yang menggantikan. Banyak juga,
teman baru yang mendadak menggagalkan rencana pedekate hanya karena takut
pembicaannya tidak semutu orang-orang
disekeliling kita. Takut obrolannya garing.
Sayang sekali, padahal niat kita
bukan untuk itu semua. Padahal bisa jadi, mereka adalah salah satu jalan
kesuksesan kita kelak.
Jangan lupa, narsis tidak melulu
soal cepret kamera ya, gan. Terus gimana? Tau sendiri lah ya jawabannya.
Cmiiw^-^
#OneDayOnePost
Berarti jepret kamera salah ya?
BalasHapus